Suamiku terkasih,
Seharusnya sebelum menikah aku menyadari betapa egoisnya diriku. Betapa diriku menjadi tidak memiliki kasih. Pikiranku tidak selalu tertuju padamu, meski terdengar indah disebut sebagai istrimu. Aku merasa tidak sepantasnya mendapatkan gelar tersebut.
Seorang istri seharusnya penyabar
Aku cenderung terlalu banyak bicara alih-alih menunggu jawaban. Aku cenderung memaksa dirimu agar aku bisa kemana pun kuinginkan. Aku tidak sabar menunggu di saat engkau berpikir untuk berbicara. Aku memiliki banyak rencana setiap hari dan akan kesal bila segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginanku.
Istri seharusnya dapat dipercaya
Bagaimana engkau bisa mempercayaiku bila aku gagal menyemangati dirimu? Terkadang aku membuat dirimu begitu tidak berarti dan aku minta maaf untuk hal itu. Aku meremehkan dirimu dengan kata-kata, tindakan dan juga pikiranku alih-alih menghargai dirimu. Aku merusak harga dirimu dengan hanya fokus pada kesalahan yang kamu lakukan bahkan terkecil apa pun.
Seorang istri seharusnya mencintai tanpa syarat
Aku cenderung ingin mencintai bila hal tersebut menyenangkan diriku. Aku dikenal hanya memberikan cinta bila aku menerimanya atau telah diberi sesuatu sebagai balasannya. Pernikahan bukanlah sistem barter dan ini bukan apa yang ku janjikan, tapi inilah diriku yang ingin mencintai bila memang hal itu menyenangkan diriku.
Seorang istri seharusnya bersikap ramah
Oh, betapa aku berharap bisa menarik kembali kata-kataku, kata-kata yang membuatmu tersakiti. Andai saja aku dapat mengulang kembali dan memperbaiki percakapan kasarku. Aku seharusnya untukmu bukan melawanmu. Kita adalah satu tim namun perkataan, tindakan dan pikiranku cenderung mencari kesalahan dan menyakitimu, maafkan aku.
Seorang istri harus percaya
Aku terlalu meninggikan diri, yang membuatmu pada posisi selalu salah dan aku benar. Itu membuatku kurang mempercayaimu, karena aku selalu percaya pada diri sendiri, meski aku tidak memiliki rekam jejak yang bagus. Aku begitu cepat menunjukkan kesalahan yang kamu lakukan. Aku tahu hal ini menyakitimu.
Aku menyadari bahwa diriku bukanlah istri yang selalu engkau butuhkan. Aku tidak ramah atau tidak selalu mencintaimu saat engkau membutuhkanku. Aku tidak sempurna dan karena itu tidak bisa mencintaimu dengan sempurna.
Oh, betapa aku berharap bisa melakukannya . Aku rindu menjadi semua yang engkau inginkan, tetapi aku tak mampu memenuhinya.
Aku minta maaf karena tidak bisa memenuhi harapanmu. Aku sadar aku belum melakukan cukup, bahkan bila aku mau melakukannya. Terima kasih telah mengampuni diriku, mencintai dalam ketidaksempurnaanku, telah bertahan denganku dan tidak menyerah, sabar serta baik hati.
Aku tahu engkau pun tidak sempurna dan terkadang mengecewakan diriku, tapi engkau adalah teman yang luar biasa dan aku begitu diberkati memanggilmu suamiku.
Aku tahu diriku memiliki kekurangan dan tidak pernah akan sempurna (meski hampir setiap hari aku mencoba untuk mengatasinya). Hanya ada SATU orang yang selalu sabar, mencintai, baik hati, selalu tanpa pamrih, dan diriku TIDAK BISA menggantikannya. Tuhan sendirilah yang mencintaimu dengan sangat sempurna, dengan caranya yang aku TIDAK BISA menggantikannya.
Pernikahan itu dapat menjadi indah dan bisa juga berantakan. Setiap hari kurang sempurna, tidak menyenangkan, atau tanpa senyuman. Tapi ada sukacita besar yang bisa ditemukan.
Aku tidak pantas disebut istrimu, tapi itu adalah karunia yang telahku terima, untuk memiliki, mencintai dan menghargaimu.
Mencintaimu,
Istrimu
Social Media